TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kelompok
Mata Kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pembimbing: Dra. Laila maharani,
M.Pd
Disusun Oleh:
Ø Eka
Nuryanti :1411080038
Ø Hanita
Elsa :1411080051
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
RADEN INTAN LAMPUNG
T.A.
2014
DAFTAR
ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam psikologi
terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern.
Revolusi pertama adalah psikoanalisa, yang menghadirkan manusia sebagai bentuk
dari naluri-naluri dan konflik-konflik. Konsepsi manusia yang suram ini,
sebagaimana telah kita ketahui, muncul dari kegiatan terapi dan studi atas individu
yang mengalami gangguan, di mana Freud dengan psikoanalisanya menekankan bahwa
tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar dan
irrasional. Revolusi yang kedua, behaviorisme, mencirikan manusia sebagai
korban yang fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulus lingkungan, atau
sebagai bidak dari ketantuan lingkungan. Sebagaimana yang diiktisarkan oleh
Skinner, behavioristme menekankan persamaan essensial manusia dengan hewan, dan
menitikberatkan belajar sebagai ikhtiar untuk menerangkan tingkah laku manusia.
Kemudian muncul revolusi yang ketiga, psikologi humanistic. Psikologi
humanistik ini adalah sebuah “gerakan” yang muncul dengan menampilkan gambaran
manusia yang berbeda dengan gambaran manusia dari psionalisis maupun behaviorisme,
yakni berupa gambaran manusia sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta
selalu bergerak ke arah pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya apabila
lingkungan memungkinkan.
Rumusan Masalah
- Apakah pengertian teori kepribadian humanistik?
- Bagaimana teori kepribadian humanistik menurut Carl Rogers?
- Bagaimana teori kepribadian humanistik menurut Maslow?
- Bagaimana teori kepribadian humanistik menurut George A Kelly?
5.
Bagaimana Aplikasi Teori Kepribadian Humanistik?
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Kepribadian Humanistik
Teori
humanistik (Yusuf Syamsu, 2007:141) berkembang sekitar tahun 1950-an sebagai
teori yang menentang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan
humanistik terhadap dua teori ini adalah bahwa kedua-duanya bersifat
“dehumanizing” (melecehkan nilai-nilai manusia). Teori Freud dikritik, karena
memandang tingkah laku manusia didominasi atau ditentukan oleh dorongan yang
bersifat primitif, dan animalistic (hewan). Sementara behavioristik dikritik,
karena teori ini terlalu asyik dengan penelitiannya terhadap binatang, dan
menganalisis kepribadian secara pragmentasi. Kedua teori ini dikritik, karena
memandang manusia sebagai bidak atau pion yang tak berdaya dikontrol oleh
lingkungan dan masa lalu, dan sedikit sekali kemampuan untuk mengarahkan diri.
Teori
humanistik dipandang sebagai “third force” (kekuatan ketiga) dalam psikologi,
dan merupakan alternative dari kedua kekuatan yang dewasa ini dominan
(psikoanalisis dan behavioristik). Kekuatan yang ketiga ini dinamakan
humanistic karena memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku manusia.
Humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi teoritis yang menekankan kualitas
manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan
potensi untuk mengembangkan dirinya” (Yusuf Syamsu, 2007:141).
2.2 Teori Kepribadian Humanistik Menurut Carl Rogers
Rogers adalah
salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang menekankan
perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan
latihan lainnyayang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang
sehat. Dia membangun teorinya berdasarkan praktik interaksi terapeutik dengan
para pasiennya. Karena dia menekankan teorinya kepada pandangan subjektif
seseorang, maka teorinya dinamakan “person-centered theory” (Yusuf
Syamsu, 2007: 143).
Karena
perhatian utama Rogers kepada perkembangan atau perubahan kepribadian, maka dia
tidak menekankan kepada struktuk kepribadian. Meskipun begitu, dia mengajukan
dua konstruk pokok dalam teorinya, yaitu: organisme dan self (Yusuf Syamsu;
2007 : 143).
1)
Organisme
Organisme yaitu makhluk fisik (physical
creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun psikis.
Organisme ini juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan pengalaman
ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
diri sendiri dan juga di dunia luar (external world). Totalitas
pengalaman, baik yang disadari maupun yang tidak disadari membangun medan
fenomenal (phenomenal field).
Medan penomena seseorang tidak diketahui oleh
orang lain, kecuali melalui inferensi empatik, itu pun tidak pernah
diketahui secara sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku itu bukan fungsi
(pengaruh) dari realitas eksternal, atau stimulus lingkungan, tetapi realitas
subjektif atau medan fenomenal.
2)
Self
Self merupakan konstruk utama dalam teori
kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan “self concept” (konsep
diri). Rogers mengartikannya sebagai “persepsi tentang karakteristik ‘I’ atau
‘me’ dan persepsi tentanmg hubungan ‘I’ atau ‘me’ dengan orang lain atau
berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi
tersebut”. Diartikan juga sebagai “Keyakinan tentang kenyataan, keunikan, dan
kualitas tingkah laku diri sendiri”. Konsep diri merupakan gambaran mental
tentang diri sendiri.
Hubungan antara “self concept” dengan organisme
(actual experience) terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu “congruence”
atau “incongruence”. Kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan
kematangan, penyesuaian (adjustment), dan kesehatan mental (mental
health) seseorang.
Apabila antara “self concept” dengan organisme
terjadi kecocokan maka hubungan itu disebut kongruen, tetapi apabila terjadi
diskrepansi (ketidak cocokan) maka hubungan itu itu disebut inkongruen.
Suasana inkongruen menyebabkan seseorang
mengalami sakit mental (mental illness), seperti merasa terancam, cemas,
berperilaku defensif, dan berpikir yang kaku atau picik. Sedangkan kongruensi
mengembangkan kesehatan mental atau penyesuaian psikologis. Ciri orang yang
sehat psikologisnya adalah sebagi berikut ( Yusuf Syamsu, 2007: 145) :
- Dia mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif.
- Dia terbuka terhadap semua pengalaman karena tidak mengancam konsep dirinya.
- Dia mampu menggunakan semua pengalaman.
- Dia mampu mengembangkan dirinya ke arah aktualisasi diri, “goal of becoming”, atau “fully functioning person”.
Berkembangnya ide atau gagasan mengenai peranan
self dalam kepribadian didasarkan kepada hasil penelitian Rogers sendiri
pada tahun 1930-an. Pada tahun itu Rogers meneliti tentang faktor-faktor
penentu yang mempengaruhi tingkah laku anak yang sehat (konstruktif) atau tidak
sehat (destruktif). Faktor-faktor yang diyakini mempengaruhi anak tersebut
adalah (Yusuf Syamsu, 2007: 145):
- Faktor eksternal, terutama lingkungan keluarga: kondisi kesehatan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, iklim intelektual, dan interaksi sosial.
- Faktor internal: self-insight (understanding) self acceptance, atau self responsibility.
Berdasarkan temuan-temuan atau pengalaman yang
diperoleh, akhirnya Rogers mengemukakan “pengalaman yang saya peroleh mendorong
saya untuk memfokuskan karir saya kepada upaya mengembangkan psikoterapi yang
menitikberatkan kepada faktor self understanding, self direction, dan personal
responsibility, dari pada kepada perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan sosial”.
2.3 Teori Kepribadian Humanistik Menurut Maslow
Abraham Maslow
(Yusuf Syamsu, 2007: 152). adalah seorang psikolog terkenal yang teman bekerja
pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata
pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal
dengan Hierarchy-nya Kebutuhan.
Abraham Harold
Maslow (Jess Feist & Gregory Jess Feist, 2008 : 242) lahir pada 1 April
1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara
yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri
mereka melihat belajar sebagai kunci untuk anak-anak mereka berhasil di tanah
air baru mereka. Dengan demikian semua anak-anak mereka didorong untuk belajar;
Abraham anak tertua didorong sangat keras karena ia diakui sebagai seorang
intelektual di usia muda.
Para ahli
psikologi humanistik mempunyai perhatian terhadap isu-isu penting tentang eksistensi
manusia, seperti : cinta, kreativitas, kesendirian dan perkembangan diri.
Mereka tidak meyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi
manusia melalui penelitian terhadap binatang. Para ahli humanistik memiliki
pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia (Yusuf
Syamsu, 2007:142). Mereka meyakini bahwa :
- Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
- Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
- Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional dan konflik.
Karena
pembahasan mengenai teori kepribadian humanistik menurut Maslow (Koeswara,
E.1991:115), maka ajaran dasar psikologi yang akan dibahas antara lain :
- Individu sebagai keseluruhan yang integral.
Salah
satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa
manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas,
dan terorganisasi. Maslow merasa bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun
sekarang terlalu banyak membuang waktu untuk menganalisa
kejadian-kejadian atau tingkah laku secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek
dasar dari pribadi menyeluruh.
- Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan.
Para
jurubicara psikologi humanistik mengingatkan tentang adanya perbedaan yang
mendasar antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan. Bagi mereka
manusia lebih dari sekedar hewan. Ini bertentangan dengan behaviorisme yang
mengandalkan penyelidikan tingkah laku hewan dalam memahami tingkah laku
manusia. Maslow dan para teoritis kepribadian humanistik umumnya memandang
manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apapun. Maslow juga
menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami
tingkah laku karena hal itu mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia
seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor,
rasa seni, kecemburuan dan sebagainya yang dengan kesemua ciri yang dimilikinya
itu manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-pekerjaan
khas manusia lain-lainnya.
- Pembawaan baik manusia.
Teori
Freud secara implisit menganggap bahwa manusia pada dasarnya memiliki karakter
jahat. Impuls-impuls manusia, apabila tidak dikendalikan, akan menjuruskan
manusia kepada pembinasaan sesamanya, dan juga penghancuran dirinya sendiri.
Sementara pandangan ini belum jelas ketetapannya, Freud menurut Maslow hanya
memiliki sedikit kepercayaan tentang kemuliaan manusia, dan berspekulasi secara
pesimis tentang nasib manusia. Sebaliknya, psikologi humanistic memiliki
anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik atau tepatnya netral.
Menurut prespektif humanistik kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia
itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
- Potensi kreatif manusia.
Mengutamakan
kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip yang penting dari psikologi
humanistik. Maslow dari studinya atas sejumlah orang tertentu, menemukan bahwa
pada orang-orang yang ditelitinya itu terdapat satu cirri yang umum, yakni
kreatif. Dari itu Maslow menyimpulkan bahwa potensi kreatif merupakan potensi
yang umum yang ada pada manusia. Maslow yakin bahwa jika setiap manusia mempunyai
atau menghuni lingkungan yang menunjang setiap orang dengan kreativitasnya maka
akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada saat yang
sama Maslow mengingatkan bahwa untuk menjadi kreatif orang itu tidak perlu
memiliki bakat atau kemampuan khusus. Menurut Maslow kreativitas itu tidak lain
adalah kekuatan yang mengarahka manusia kepada pengekspresian yang ada pada
dirinya.
- Penekanan pada kesehatan psikologis.
Maslow
secara konsisten beranggapan bahwa tidak ada satupun pendekatan psikologis yang
mempelajari manusia yang bertumpu pada fungsi-fungsi manusia berikut cara dan
tujuan hidupnya yang sehat. Dalam hal ini Maslow terutama mengkritik Freud yang
menurutnya terlalu mengutamakan studi atas orang-orang yang tidak sehat. Dengan
tegas Maslow menyebut teori psikoanalisa ortodoks sebagai teori yang berat
sebelah dan kurang komperhensif karena hanya berlandaskan pada bagian yang
abnormal dari tingkah laku manusia. Maslow juga merasa bahwa psikologi terlalu
menekankan pada sisi negative manusia dan mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat
yang positif. Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental
sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesakkan perlunya
studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan
psikologi yang universal.
Menurut Maslow
(Koeswara E, 1991:119) kebutuhan manusia itu ada lima tingkatan yaitu :
- Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya
karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup.
Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan makanan,
air, udara, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks dan kebutuhan akan
stimulasi sensoris. Karena merupakan kebutuhan yang paling mendesak maka
kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh
individu.
- Kebutuhan akan rasa aman.
Apabila
kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan maka dalam diri individu akan
muncul satu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut
pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman. Yang dimaksud Maslow dengan kebutuhan
akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungan.
Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman ini sangat nyata dan bisa
diamati pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua karena
ketidakberdayaan mereka.
- Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
Kebutuhan
akan rasa cinta dan memiliki ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu
untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain,
baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis, di lingkungan keluarga
maupun lingkungan di masyarakat. Bagi individu-individu keanggotaan dalam
anggota kelompok sering menjadi tujuan yang dominan dan mereka bisa menderita
kesepian, terasing dan tak berdaya apabila keluarga, teman dan pasangan hidup
atau pacar meninggalkannya.
- Kebutuhan akan rasa harga diri.
Kebutuhan
keempat yaitu kebutuhan akan rasa harga diri oleh Maslow dibagi menjadi dua
bagian yakni yang pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri
sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Bagian
pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri,
kekuatan pribadi, kemadirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui yakin
bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya.
Adapun bagian kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh
penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.
- Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau
aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori
Maslow. Kebutuhan ini akan muncul setelah kebutuhan-kebutuhan yang ada di
bawahnya telah terpenuhi atau terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan
aka aktualisasi diri sebagai hasrat indivdu untuk menjadi orang yang sesuai
dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau hasrat individu untuk
menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya.
Siapapun yang sudah mencapai tingkat
aktualisasi diri berarti menjadi manusia seutuhnya, sanggup memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang bagi orang lain hanya terlihat samar-samar atau bahkan
tidak pernah dilihatnya sama sekali.
Sebagai tambahan bagi lima kebutuhan konatif
ini, Maslow (Jess Feist & Gregory Jess Feist, 2008 : 247) juga
mengidentifikasikan tiga kebutuhan dari kategori yang lain yaitu : kebutuhan
estetis, kebutuhan kognitif, dan kebutuhan neurotik.
- Kebutuhan estetis
Tidak
seperti kebutuhan konatif, kebutuhan estetis tidak bersifat universal, karena
hanya segelintir orang disetiap budaya termotivasi oleh kebutuhan akan
keindahan dan pengalaman-pangalaman yang menyenangkan secara estetis.
Orang dengan kebutuhan estetis kuat menginginkan lingkungan sekeliling
yang indah dan teratur, dan jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi ,
mereka akan menjadi sakit karena kebutuhan konatifnya terhambat.
- Kebutuhan kognitif
Sebagian besar orang memiliki
keinginan-keinginan untuk mengetahui sesuatu, memecahkan misteri, memahami
sesuatu, dan ingin menyelidiki sesuatu. Maslow (1970) menyebut
keinginan-keinginan ini dengan sebutan kebutuhan kognitif.
Maslow (1968, 1970), percaya bahwa pribadi yang
sehat ingin tahu lebih banyak, berteori sesuatu, menguji hipotesis, memecahkan
misteri atau menemukan bagaimana sesuatu bekerja hanya demi kepuasan mengetahui
itu saja.
- Kebutuhan Neurotik
Khusus
kebutuhan-kebutuhan neurotik, dia mengarah hanya kepada stagnasi dan patologi
tertentu ( Maslow,1976). Menurut devinisinya kebutuhan neorotik bersifat non
produktif. Kebutuhan ini hanya mendesakkan terus menerus gaya hidup tidak sehat
dan tanpa nilai dalam perjuangan mereka untuk aktualisasi diri.
2.4. Teori Kepribadian Humanistik Menurut George A. Kelly
Kelly meyakini
bahwa tidak ada kebenaran yang objektif dan kebenaran yang mutlak absolut.
Fenomena itu hanya berarti manakala dihubungkan dengan cara individu
mengkonstruksi fenomena tersebut.
2.4.1.
Pandangannya tentang manusia
Aliran ini
memandang manusia sebagai berikut:
·
Manusia adalah scientist yang mencoba untuk
memprediksi dan mengontrol fenomena atau tingkah laku. Konsekuensi logis dari
pandangan ini adalahsebagai berikut :
o
Manusia itu pada dasarnya berorientasi ke masa
depan, yaitu mencapai masa depan yang lebih baik dari masa sekarang.
o
Manusia memiliki kemampuan untuk
mempresentasikan atau mengkonsep lingkungan dar pada hanya meresponnya.
·
Manusia itu bebas (free) tetapi juga
terkungkung (determined). Sistem konstruk individu dilengkapi dengan kebebasan
untuk mengambil keputusan (freedom of decision) dan keterbatasan bertindak
(limitation of action), sebab dia tidak dapat membuat pilihan di luar
alternatif-alternatif yang telah ditetapkannya.
2.5. Aplikasi Teori Kepribadian Humanistik
Teori kepribadian
humanistic (Koeswara E, 1991:133) merupakan teori yang menekankan pada kualitas
manusia yang unik dan mempunyai potensi untuk mengembangkan dirinya. Teori ini
dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, bahwa manusia itu pada dasarnya
mempunyai sifat yang beragam dan berbagai pemikiran yang berbeda. Dan pada
dasarnya manusia juga mempunyai potensi untuk mengembangkan diri sesuai dengan
potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Menurut Maslow
kebutuhan manusia itu dibagi menjadi lima tingkatan. Pada hakikatnya manusia
memang memiliki banyak keinginan-keinginan yang muncul dari dalam diri individu
maupun dari lingkungan sekitarnya. Karena itu, hal tersebut dapat memacu
individu agar berusaha mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut. Supaya
kebutuhan-kebutuhan tersebut tercapai maka individu tersebut membutuhkan
lingkungan atau orang lain. Hendaknya konselor dapat memposisikan dirinya agar
dapat memahami kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh kliennya. Kepribadian
yang sehat itu terbentuk setelah individu dapat mengaktualisasikan dirinya
seutuhnya. Dalam proses bimbingan hendaknya konselor dapat membantu kliennya
agar menjadi pribadi yang sehat serta dapat mencapai keinginan yang ada dalam
individu tersebut, serta menggali potensi-potensinya
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori
humanistik berkembang sekitar tahun 1950-an sebagai teori yang menentang
teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan humanistik terhadap dua
teori ini adalah bahwa kedua-duanya bersifat “dehumanizing” (melecehkan
nilai-nilai manusia). Teori humanistic dipandang sebagai “third force”
(kekuatan ketiga) dalam psikologi, dan merupakan alternative dari kedua
kekuatan yang dewasa ini dominan (psikoanalisis dan behavioristik). Kekuatan
yang ketiga ini dinamakan humanistic karena memiliki minat yang eksklusif
terhadap tingkah laku manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi
teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan
free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya”.
Teori
kepribadian humanistik ini diajarkan oleh beberapa ahli di antaranya adalah
Carl Rogers yang membagi aspek-aspek kepribadian menjadi dua yaitu organisme
dan self. Menurut Maslow kepribadian manusia itu ditandai dengan terpenuhinya
lima kebutuhan manusia yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan mencintai dan memiliki, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan
aktualisasi diri. Sedangkan George A Kelly menganggap bahwa manusia adalah
scietist yang mencoba untuk memprediksi dan mengontrol fenomena atau tingkah
laku.
3.2 Saran
Setelah
mempelajari teori kepribadian humanistic ini, diharapkan agar supaya mahasiswa
dapan mengetahui dan memahami masalah-masalah yang kami bahas dalam makalah
ini. Seperti kebutuhan-kebutuhan manusia dan kepribadian humanistik menurut
beberapa ahli. Tidak hanya memahami, sebagai seorang calon konselor hendaknya
mampu menerapkan atau mengaplikasikan dalam proses kehidupan pribadi konselor
serta pada kliennya.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess dan
Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Koswara, E.
1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco
Syamsu, Yusuf,
Dkk. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rasda Karya
Makalah di
tulis oleh
1.
Ekawati
2. Harinto Ahmad S.
2. Harinto Ahmad S.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar